Pencegahan Virus Corona Versi Islam

Virus Corona

Sikap seorang muslim menghadapi penyebaran virus corona: Pertama, Seorang muslim mesti senantiasa memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bertawakkal kepada-Nya dalam setiap keadaan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (At-Thagabun [64]: 11)
Segala sesuatu ada di tangan Allah, Dialah yang mengaturnya:

“Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah
jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” (Al-Ahzab [33]: 17).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan ketahuilah, seandainya seluruh umar berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu apapun, maka mereka
tidak akan pernah mampu memberikannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan, dan seandainya mereka berkumpul untuk
mencelakanmu dengan sesuatu maka mereka tidak akan pernah mampu melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan”.
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi (2516), beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih”.

Maka wajib bagi setiap muslim untuk berharap hanya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, berharap agar diselamatkan dari wabah tersebut
hanya kepada-Nya dan diselamatkan dari segala bahaya hanya kepada-Nya.

Kedua, Kewajiban seorang muslim adalah menjaga Allah, yakni senantiasa taat dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, hal itu sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma:

“Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau mendapatan-Nya di hadapanmu” Diriwayatkan oleh at-Turmudzi (2516), beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih”.

Ketiga, Melakukan sebab untuk sehat tidak bertentangan dengan Tawakkal, bahkan Syariat Islam memerintahkannya.
Usaha atau sebab untuk kesehatan itu ada dua macam; Pencegahan
dan Pengobatan, keduanya dibenarkan di dalam Syariat Islam.
Diantara pencegahan adalah apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:


ّ“Barang siapa yang di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka racun maupun sihir tidak akan memberikan pengaruh buruk baginya pada hari itu”. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (5779)

Diantara pencegahan adalah membaca dzikir berikut ini di pagi dan sore hari sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barang siapa seorang hamba membaca dzikir berikut di setiap pagi dan sore hari sebanyak tiga kali maka dia tidak akan dicelakakan oleh sesuatu apapun:

“Dengan menyebut nama Allah, yang tidak akan membahayakan dengan (menyebut) nama-Nya sesuatu apapun yang ada di bumi juga di langit, dan Dialah yang maha mendengar dan maha tahu”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5090), at-Tirmidzi (3388), Syaikh Al-Albani mengatakan: “Shahih”, Shahih wa Dhaif al-Jami ash-Shagir (10683)

Demikian pula membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari, membaca al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas sebanyak tiga kali di pagi dan sore hari, demikian pula membaca do’a berikut di pagi dan sore hari:

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat, sungguh aku memohon kepada-Mu
ampunan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku, Ya Allah, tutuplah aib dan kekuranganku dan berilah ketentraman di hatiku, ya Allah, Ya Allah jagalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, juga dari atasku, dan aku berlindung kepada-Mu agar tidak disambar (hal buruk) dari bawahku”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5076), an-Nasai (10401) dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani sebagaimana dalam Shahih at-Targib wat Tarhib (659)

Keempat, Tidak dibenarkan bagi seorang muslim membawakan berita-berita bohong, yang hanya akan menambah ketakutan, wajib bagi setiap muslim – sebelum menyebarkan berita – untuk berfikir, (1) benarkan berita ini? (2) Jika benar, apakah manfaat jika disebarkan atau lebih baik untuk tidak disebar ?

Kelima, segala musibah yang menimpa seorang muslim, jika
dihadapinya dengan kesabaran maka hal itu adalah ketinggian derajat di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah [2]: (155-157)

Keenam, Sebenarnya bencana yang paling besar adalah bencana
dalam agama, ia adalah puncak kehancuran
Syuraih al-Qadi rahimahullah berkata:

“Ketika aku mendapatkan musibah dunia, maka aku memuji Allah karena empat perkara; (1) Aku memuji kepada Allah karena musibah itu tidak lebih besar dari apa yang menimpaku, (2) Aku memuji kepada Allah karena
Allah memberikan kesabaran kepadaku dalam menghadapinya, (3) Aku memuji kepada Allah karena aku diberikan kemampuan untuk mengucapkan Istirja dengannya aku mengharapkan pahala dari Allah, (4) dan Aku memuji kepada Allah karena musibah tersebut bukan dalam agamaku. Lihat kitab Syiar A’lamin Nubala, jilid. 4, hal. 105
7

Diterjemahkan, diringkas dan diberikan catatan oleh Beni Sarbeni Abu
Sumayyah. Makalah ini diterjemahkan dan diringkas dari tulisan Syaikh Prof, Abdurrazzak al-Badr, seorang ulama dan pengajar di Masjid Nabawi, http://www.al-badr.net/muqolat/3157